Kaca Mata Baru!


Kalau kamu setuju denganku tempo hari, sepertinya kita butuh kacamata baru. Atau mungkin, kamu sudah punya itu tapi lupa menggunakannya. Jadi, kali ini aku mau kita mencoba melihat dari balik kaca mata itu.

Dimana dia?

Dia ada di dalam diri kita, sebentuk kehendak untuk melihat dari sudut pandang yang unik. Izinkan aku menyinggung kembali saat kita dengan bangga dan takjub melihat seulas krayon kuning dan biru bertumpuk menjadi pulasan hijau. Saat itu, kita senang mencoret-coret bentuk abstrak dari kepala kita. Kita senang bereksperimen, melempar-lempar berbagai benda untuk melihat akan jadi apa berikutnya. Mungkin, sebagian dari kita pernah takjub dan bangga melihat bola yang kita lemparkan memantul-mantul di lantai.

Di tempat itu, kita akan menemukan kaca mata yang kita cari. Kita merasa menjadi penemu ketika pertamakali memecahkan telur dan melihat isinya. Segirang itu kita menikmati hamparan pengetahuan yang datang dari hasrat penuh tanya, "Wah, apatuh? Kalo begini, bakal gimana ya? Disana ada apa tuh? Masa sih?", dan segudang pertanyaan lainnya.

Kaca mata itu selalu menunjukkan pada kita percikan percikan tanda tanya dari apapun yang ada di kehidupan kita. Tanda tanya itu kemudian menggerakkan kita pada hasrat untuk mengungkap apa yang ada di baliknya. Hampir setiap kali kita menyibak untuk menemukan jawaban, kita disambut dengan rasa girang dan kepuasan batin. Dan pandangan itu tak berhenti.

Di dunia yang ada di balik kacamata itu, kepuasan yang kita temui mengantarkan kita pada hasrat berikutnya yang mewujud pula menjadi ambisi dan tanda tanya lain yang berkobar menunggu untuk dicapai. Dari sana, kita mendapat sebagian besar dorongan untuk bertindak, melakukan sesuatu. Begitulah asalnya mengapa kita selalu menjadi figur penuh semangat di masa-masa itu.

Kaca mata itu, membuatmu gembira, melihat dunia sebagai pecinta kebenaran.

Mungkin di suatu masa, kita pernah tersandung batu-batu setan dalam topeng kenyataan. Kaca mata kita terjatuh, dan lemparan batu berikutnya dari 'wajah' kenyataan membuat kita lari terbirit-birit meninggalkan kaca mata itu. Dalam sekejap, kita berhenti mendapat tanda tanya yang melingkup ayat-ayat kebenaran. Perlahan, kita mulai kehilangan kepuasan dari mengenyam piring-piring penuh berisi pengetahuan.

Dan sekarang, dunia yang kita lihat, mulai tidak menyenangkan dan tidak semenarik sebelumnya. Kita membiarkan diri kita percaya kebohongan yang ditunjukan apa yang kita lihat. Kita melihat rupa dari kalimat-kalimat, "Ah, pasti gitu! Yah gamungkin lah! Kan aku juga tau! Memang begitu biasanya!" dan sejuta kebohongan lain yang menipu kita dan menyengsarakan pikiran kita yang brilian. Kebenaran yang kita lihat berkabut dengan bias, "Aku sudah tahu!"

Tapi, aku kira kita bisa ambil kembali kacamata itu. Dengan meminta pada diri kita, dengan jujur mengaku, "Aku tidak tau banyak hal! Aku bukan apa-apa!"

Karena berikutnya, kita akan tergerak untuk berubah. Kita berteriak, "Aku akan tau! Aku akan jadi sesuatu!"

Saat itu kita tengah mengenakan kaca mata baru--atau setidaknya akan terasa baru. Mungkin mata dan benak kita akan belajar untuk terbiasa, tapi perlahan kita akan kembali melihat dunia. Semesta yang semula nampak biasa menjadi begitu menarik untuk diperhatikan. Mungkin orang yang tenggelam dalam kabut-kabut 'kenyataan' memandang kita aneh! gila! bodoh! Tapi kita tau, kita hanya menikmati pengetahuan dan kebenaran.

Mungkin berikutnya kita bisa berbagi cerita. Pernah suatu ketika kulihat dari balik kacamata ini, ayunan bandul di udara dan merasa kegirangan dia memberi tahuku gravitasi. Aku lihat cahaya lampu dan aku diberitahu ada elektron-elektron mendesak berjalan perlahan di logam-logam itu. Aku berterimakasih pada pencipta semesta lantaran aku melihat telur di air dan aku mengerti bahwa jika aku berenang, gaya apung akan menahanku di permukaan.

Hal-hal biasa itu akan menjadi menakjubkan. Karena kita melihat hal-hal luar biasa dibaliknya. Hal-hal yang hanya dijangkau oleh para pengepul kebenaran di kedalaman lautan pengetahuan. Kadang, dengan lautan kejadian yang sama, pengepul yang menyelam lebih dalam menemukan butir-butir kebenaran yang lebih indah. Dan rasa gembira itu akan terus ada selama dia menyelam lebih jauh dan lebih dalam di lautan pengetahuan.

Hari ini, semoga kita sama, dapat mengenakan kembali kaca mata itu dan mulai merasakan kebahagian yang tiada batas.

Sebelum aku berpamitan, mungkin kita bertanya, "Apa hanya demikian yang bisa kita lihat dari kacama itu?"

Aku tersenyum senang kalau kamu sama-sama menanyakannya.

Mari kita bicarakan lain kali. Tapi barangkali kamu bisa menemukannya sebelum aku, aku akan minta kamu mengintip kembali saat-saat kita masih mengenakan kaca mata itu dulu. Setidaknya kamu akan mengingat bahwa kamu masih sehat dari penyakit-penyakit hati yang hari ini masih menutupi hati kita dari cahaya yang hakiki. Dan mungkin kamu akan menemukan apa lagi yang bisa kita lihat dan rasakan dari kacamata itu.

Senang bisa berkata-kata lagi. Tapi harapanku, aku ingin dengar juga kamu bisa berkata-kata untukku barang sebesit kalimat dari benakmu saat ini. Semoga selalu dalam kebahagiaan dan kedamaian. Aku akan berusaha untuk kembali mengurai kata disini.

Terimakasih.

Komentar

  1. Hallo Morgan Ree!.
    Terimakasih karena tulisan ini membuat saya bersemangat lagi, mempelajari apa yang menurut saya menarik, membuat saya ingin berlari lagi meski tertinggal jauh. Aku menunggu tulisanmu selanjutnya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senang bisa berbagi. Aku tunggu tulisanmu juga :)

      Hapus
  2. Setelah membaca tulisan ini, saya sadar bahwa kaca mata saya ternyata sudah jatuh, mungkin jauh sehingga hampir lupa di mana letaknya. Terima kasih sudah mengingatkan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama.. Senang bisa membantu
      Tetap semangaat!!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Journey to the Wonder