Still, I'm a bad person



"Mohon maaf lahir batin, ya..!"
Aku berpikir keras sebelum menjawab pesannya. Kalau dihitung, kesalahanku padanya lebih banyak dibanding sebaliknya.

Sejak sepekan lalu, permohonan maaf telah mengudara lewat potongan-potongan gelombang tak kasat mata yang akhirnya menyapa kita lewat layar-layar ajaib yang sering kita tatap lama-lama. Terlebih dahulu, mari kita sampaikan terimakasih pada partikel kecil yang berjalan-jalan tak kenal lelah di sirkuit-sirkuit elektronik demi menjalankan hukum Tuhan, yakni untuk membantu memenuhi hajat kita. Lain kali, bila aku berkesempatan, mari kita berdiskusi mengagumi ciptaan tuhan yang kita kenal sebagai salah satu pembawa muatan di semesta ini.

Kembali soal permohonan maaf, rasanya beberapa hari ini adalah momen yang sarat kemurahan hati. Bagaimana tidak, lihatlah orang-orang dan katakan padaku berapa banyak yang telah bilang maaf kepadamu dalam satu pekan ini. Aku senang. Karena kemurah hatian ini terus terpancar dan menjadikan hari-hari ini penuh dengan energi positif. Anehnya, ada satu kerisauan juga yang aku rasakan.

Aku khawatir bila seandainya aku belum mengutarakan permohonan maaf yang pantas. Aku khawatir bila sebetulnya aku tak termaafkan. Ada banyak hal buruk yang aku lakukan. Meski tidak Tuhan berbaik hati menutupnya dari orang kebanyakan, tapi aku paling tau sejelek apa orang yang menempati dalam raga ini.

Bila kupikir lagi, aku bahkan tak pernah bicara dengan pantas meminta maaf untuk satu per satu kesalahan besar yang kulakukan pada orang-orang, dan mungkin termasuk kamu. Aku berharap kemarin aku menjadi jiwa bersih yang diberkati layaknya seorang bayi yang baru lahir. Tapi aku bahkan tak bisa menghitung habis baik kesalahan yang telah aku lakukan ataupun kebaikan yang telah aku terima. Aku tak bisa meminta maaf dengan layak, kepada diriku sendiri, kepada orang terdekatku, kepada semua temanku, kepadamu, dan kepada-Nya.

Aku berharap ketika menginjak bulan baru ini, dosa-dosaku luntur seperti debu tersapu hujan. Meski sejujurnya aku tau, aku belum selesai dengan diriku dan permohonan maafku. Aku masih malu-malu bilang maaf. Jadi maafkan aku bila maafku terdengar tak layak.

Terimakasih untuk kamu yang mau menyimak dan mengerti. Bagimu yang belum bisa memaafkan, aku hanya minta kamu bicara agar aku mengerti seberapa besar kesalahan itu dan mencoba meminta maaf dengan dengan tebusan yang layak. Bila tidak terdengar arogan, aku ingin bilang pada semuanya, “Kalian saya maafkan!” karena maafkan aku, saat ini tak tersisa ruang untuk mendendam saat aku menghitung kesalahanku.

Semoga kita bisa benar-benar saling melunasi dendam, menyikatnya hingga bersih, dan mulai jadi teman baik lagi. Aku benar-benar berharap setelah ini semua yang kulakukan bisa dimaafkan. Meski aku tau, bagaimanapun aku bukan orang yang benar-benar baik.

Salam sejahtera,
Semoga hari rayamu penuh kedamaian.

Komentar

  1. semoga Allah memberikan ketetapan kesehatan hidayah dan rizki yang barokah kepada kita, Aamiin๐Ÿ˜‡๐Ÿ™๐Ÿ‘

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Journey to the Wonder